Menguak Sisi Bermasyarakat dalam Cerpen Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup Karya M. Shoim Anwar
Tradisi sosial memang selalu menuntut individu untuk
melakukan apapun yang ada dalam aturan-aturannya. Begitu pula dalam cerpen “Sisik
Naga di Jari Manis Gus Usup” yang mengisahkan mengenai gambaran kebudayaan dan
tradisi sosial di kehidupan bermasyarakat. Gus Usup merupakan pribadi yang
disegani masyarakat karena sikapnya yang sopan dan ramah terhadap semua
kalangan. Berdasarkan unsur intrinsiknya, penyusunan cerita dikemas sangat
renyah sehingga pembaca dapat mudah memahami setiap alur yang dibawakan oleh
pengarang. Selain itu, pengarang juga sangat gamblang menggambarkan perwatakan
setiap tokoh yang ada di dalam cerita. Hal ini membuat pembaca paham betul
dengan setiap tokoh cerita. Selain itu, hal tersebut juga dapat menjadi nilai
positif dari cerpen “Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup” karya M. Shoim Anwar.
Secara garis besar, cerpen “Sisik Naga di Jari Manis
Gus Usup” karya M. Shoim Anwar ini memiliki berbagai makna simbolik. Simbol pertama
dapat dilihat dari sosok Gus Usup sendiri. Ia memiliki sikap yang sopan dan
ramah pada semua kalangan. Ia juga dapat melihat perilaku seseorang yang entah
dari mana ilmu itu didapatkan. Gus Usup memang lulusan pondokan sehingga dapat
dikatakan pintar dalam mengaji dan beribadah. Oleh sebab itu juga masyarakat
sangat menghormatinya. Sosok Gus Usup di sini bermakna sebagai pemimpin yang
dihormati. Namun sebenarnya, Gus Usup sendiri tidak meminta orang-orang untuk
menghormatinya. Ia bahkan sangat luwes dan gampang berbaur dengan seluruh
golongan. Sosok seperti inilah yang patut untuk benar-benar dihormati yang tak
kenal pamrih.
Makna simbolik yang kedua dari cerpen ini adalah sisik naga. Benda
tersebut berukuran sebesar ibu jari bermotif sisik naga, berwarna cokelat
dengan ornamen seperti sisik yang saling menindih. Konon yang diperoleh
dari batuan kali dan digosok sehingga menjadi batu akik. Benda ini
diagung-agungkan karena memiliki daya magis. Entah itu dipakai oleh pemiliknya
atau tidak, benda ini selalu menjadi sebuah jimat keberuntungan. Kelebihan sisik naga ini membuat masyarakat
penasaran dan ingin memilikinya.
Simbol ketiga yang disajikan pengarang
dalam cerpen ini adalah sosok Guk Mat. Pengarang menggambarkan sosok Guk Mat sebagai
teman dari kecil Gus Usup. Ia memiliki sifat yang tamak, ingin merasa cukup,
dan selalu benar. Namun, sifat Guk Mat sebenarnya tak dikagetkan lagi karena
hal tersebut termasuk sifat manusia pada umumnya. Namun, sifat-sifat tersebut
juga tak seharusnya kita tiru. Hindari sifat-sifat seperti itu dan mulai
tanamkan kebiasaan baik dalam kehidupan bermasyarakat agar kita juga terhindar
dari hal-hal buruk dan dapat disegani orang lain.
Berdasarkan uraian makna simbolik di atas, cerpen “Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup” karya M. Shoim Anwar merupakan sebuah cerita yang menarik bahkan inspiratif sebab terdapat pesan moral yang ingin diungkapkan oleh pengarang. Kita diajak untuk berpikir kritis mengenai situasi dan kondisi yang digambarkan dalam cerpen tersebut. Namun, cerpen ini juga masih memiliki kekurangan karena pengarang masih menggunakan istilah lain yang menggunakan bahasa Jawa, seperti, inggih, mlembung, nyolong, ngandang, nyetrum, cekikikan, mbeling, dll yang tidak disertai penjelasan sehingga membuat pembaca yang bukan dari pulau Jawa kesulitan dalam menikmatinya. Terlepas dari itu semua, pengarang sangat cerdik dalam mengemas alur ceritanya. Pada bagian akhir cerita, pengarang belum menjelaskan nasib batu akik sisik naga dan Gus Usup. Hal ini mungkin disengaja oleh pengarang karena terdapat cerita-cerita selanjutnya.
Cerpen "Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup" Karya M. Shoim Anwar dapat diakses melalui:
Komentar
Posting Komentar