Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Martabat dalam Puisi Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah Karya M. Shoim Anwar

  ULAMA ABIYASA TAK PERNAH MINTA JATAH M. Shoim Anwar   Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia panutan para kawula dari awal kisah ia adalah cagak yang tegak tak pernah silau oleh gebyar dunia tak pernah ngiler oleh umpan penguasa tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah marwah digenggam hingga ke dada tuturnya indah menyemaikan aroma bunga senyumnya merasuk hingga ke sukma langkahnya menjadi panutan bijaksana kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata Ulama Abiyasa bertitah para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa menjadikannya sebagai pengumpul suara atau didudukkan di kursi untuk dipajang di depan massa diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah agar tampak sebagai barisan ulama Ulama Abiyasa tak membutuhkan itu semua datanglah ji

Menyelami Kekuasaan Politik dalam Puisi Ulama Durna Ngesot ke Istana Karya M. Shoim Anwar

  ULAMA DURNA NGESOT KE ISTANA M. Shoim Anwar   Lihatlah Sebuah panggung di negeri sandiwara Ketika ada Ulama Durna ngesot ke istana Menjilat pantat raja agar diberi jatah remah-remah Maka kekuasaan menjadi sangat pongah Memesan potongan-potongan ayat untuk diplintir seenaknya Agar segala tingkah polah dianggap absah   Lihatlah Ketika Ulama Durna ngesot ke istana Menyerahkan marwah yang dulu diembannya Sengkuni dan para pengikutnya di luar sana Bertingkah sok gagah berlindung di ketiak penguasa Menunggang banteng bermata merah Mengacungkan arit sebagai senjata Memukulkan palu memvonis orang-orang ke penjara   Lihatlah Ketika Ulama Durna berdagang mantra berbusa-busa Adakah ia hendak menyulut api baratayuda Para pengikutnya mabuk ke lembah-lembah Tatanan yang dulu dicipta oleh para pemula Porak poranda dijajah tipu daya Oh tahta dunia yang fana Para begundal mengaku dewa-dewa Sambil menuding ke arah kawula Seakan isi dunia hendak

Gejala Sosial dalam Puisi "Dursasana Peliharaan Istana"

  “DURSASANA PELIHARAAN ISTANA”   M. Shoim Anwar Dursasana adalah durjana peliharaan istana tingkahnya tak mengenal sendi-sendi susila saat masalah menggelayuti tubuh negara    cara terhormat untuk mengurai tak ditemukan jua suara   para kawula melesat-lesat bak anak panah suasana kelam   bisa   meruntuhkan penguasa jalan pintas pun digelindingkan roda-roda gila dursasana   diselundupkan untuk memperkeruh suasana kayak jaka tingkir menyulut kerbau agar menebar amarah atau melempar sarang lebah agar penghuninya tak terima   lalu istana punya alasan menangkapi mereka akal-akalan purba yang telanjang menggurita saat panji-panji negara menjadi slogan semata para ulama   yang bersila di samping raja menjadi penjilat pantat yang paling setia      sambil memamerkan para pengikut yang dicocok hidungnya   Lihatlah   dursasana di depan raja dan pejabat istana lagak polahnya seperti paling gagah seakan hulubalang paling digdaya memamerkan segala keben