Mendongkrak Paradigma Feminisme Cerpen Tahi Lalat Karya M. Shoim Anwar

Ketika mencermati sebuah karya sastra, pasti terdapat interpretasi yang muncul dari dalam benak pembacanya. Oleh sebab itu muncul beberapa kritikan mengenai karya sastra. Begitu pula ketika membaca dan menikmati cerpen Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar, pembaca memiliki sudut pandang tersendiri dalam memaknai karya tersebut. Sebagai pembaca, saya pun memiliki sudut pandang bahwa cerpen tersebut memiliki makna tentang kecemburuan masyarakat kepada kepala desa yang tidak pernah menepati janjinya. Namun, apabila diulas lebih dalam lagi cerpen Tahi Lalat memiliki maksud tentang dinamika kehidupan yang terjadi di pedesaan. Ya, seorang kepala desa merupakan tokoh utama dalam pemeranan kebijakan di pedesaan. Apapun yang dilakukannya akan menjadi sorotan utama untuk dijadikan santapan bahan pembicaraan.  

Sebenarnya cerpen Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar mengisahkan tentang gejolak kerisauan masyarakat terhadap pemimpin desanya yang tidak berpegang teguh pada prinsipnya. Apalagi ditambahi dengan desas-desus mengenai keadaan istrinya. Tersiar kabar bahwa istri sang kepala desa memiliki tahi lalat di dadanya. Entah di sebelah mana, di bagian kiri atau kanan, masyarakat hanya mengetahui sekilas saja. Hal tersebut justru dimanfaatkan masyarakat untuk menyebar gosip miring mengingat sang kepala desa akan mencalonkan lagi di periode selanjutnya. Tokoh “aku” di sini ingin membuktikan kebenaran gosip tersebut dengan menyuruh istrinya untuk mencari tahu kebenarannya. Hal tersebut membuatnya risau, apalagi anaknya sendiri yang duduk di kelas 2 sekolah dasar pun juga tahu mengenai gosip tersebut.

Cerita yang sangat mengagumkan, bukan? Mengapa sebuah tahi lalat sampai dirisaukan bahkan hingga menjadi sebuah bahan pembicaraan? Padahal sebuah tahi lalat merupakan bagian tambahan fisik dan dapat juga dijadikan tanda lahir sebutan bagi orang Jawa. Namun, dalam cerpen tersebut dimaknai sebagai hal yang menjijikkan. Hal inilah memunculkan simbol bahwa tahi lalat merupakan aib dari seseorang. Pada cerpen tersebut juga lebih ditonjolkan lagi, yaitu posisi keberadaannya di dada perempuan. Mengapa tahi lalat yang berada di dada perempuan lebih diributkan ketimbang letaknya di dada laki-laki? Toh, padahal sama saja posisi keberadaannya. Berdasarkan sudut pandang sebagai pembaca, saya menganggap bahwa penulis mengarahkan cerpen tersebut dalam segi feminisme.

Posisi perempuan apabila disandingkan dengan laki-laki memang jauh perbedaanya. Perempuan dianggap makhluk lemah. Keberadaan perempuan tidak sama dengan laki-laki, posisinya justru dianggap di bawahnya. Laki-laki diidentifikasikan sebagai pemimpin, sedangkan perempuan merupakan bawahannya bahkan terkadang harus tunduk dengan laki-laki. Hal inilah yang menjadi sebuah ketertimpangan sosial. Lalu mengapa jika urusan pandangan fisik perempuan dianggap lebih berkesan dan menarik dibanding laki-laki? Padahal fisik laki-laki lebih kekar dan kuat dibandingkan perempuan.

Dalam cerpen tersebut dapat dilihat bahwa penulis ingin meyampaikan bentuk ketidakadilan yang dialami perempuan. Laki-laki dalam cerpen digambarkan sebagai pemimpin atau kepala desa. Posisi perempuan dinomorduakan yang justru dilecehkan dengan keberadaan tahi lalat di dadanya hingga menjadi bahan pembicaraan. Tak bisa dipungkiri, memang hal tersebut benar dan nyata adanya di kehidupan.

Menurut saya Cerpen Tahi Lalat karya M. Shoim Anwar sangat menarik dan mahal. Penulis berani menguak dan menyatakan bentuk ketertimpangan sosial yang sebenarnya banyak ditemukan di realita kehidupan. Apalagi mengenai pernyataan keberadaan tahi lalat di dada perempuan. Penulis berani mendobrak paradigma masyarakat mengenai sisi feminisme. Hal tersebut dikemas secara unik tetapi tetap mempertahankan etika penulisan. Namun, sebuah karya sastra juga memiliki kekurangan. Menurut sudut pandang saya, kekurangan cerpen ini terletak pada ambiguitas tokoh. Dalam cerpen diceritakan bahwa tokoh “aku” diserempet mobil Jeep hitam yang tidak diketahui pengemudinya. Padahal tokoh tersebut juga tidak berpengaruh pada jalan cerita. Alangkah sebaiknya jika tidak perlu ditampilkan apabila tidak diketahui maksudnya.

Cerpen Tahi Lalat Karya M. Shoim Anwar dapat diakses melalui:

https://lakonhidup.com/2017/02/19/tahi-lalat/


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengupas Lebih Dalam Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufik Ismail

Semarak Hari Raya dalam Puisi Idul Fitri Karya Sutardji Calzoum Bachri